4 Teori Masuknya Islam ke Indonesia dan Pencetusnya (Lengkap)

Agama Islam sudah ada sejak zaman kerajaan di Indonesia. Kepercayaan umum menyebutkan bahwa Islam dibawa oleh para pedagang dari Gujarat, India. Namun sebetulnya, apa saja teori masuknya Islam ke Indonesia? Ternyata bukan hanya teori Gujarat saja yang dikenal, masih ada teori lainnya!

Secara umum ada empat teori yang dikenal mengenai masuknya Islam di Indonesia, di antaranya teori Persia (Iran), teori Arab (Mekah), teori Cina dan teori India yang paling populer (Gujarat). Masing-masing memiliki pendapat yang berbeda-beda bagaimana agama ini pertama kali diperkenalkan.

Mari bedah sama-sama siapa tokoh yang menyebarkannya dan bagaimana proses penyebarannya sampai Islam menjadi agama yang paling banyak dianut di Indonesia. Pastikan simak sampai akhir artikel ini!

Teori Masuknya Islam ke Indonesia Beserta Tokohnya

Munculnya teori-teori ini didasari oleh penemuan pada masa itu. Sebelumnya, masyarakat Indonesia kebanyakan menganut agama Hindu-Buddha. Beberapa teori ini menjelaskan bagaimana Islam dibawa dan disebarluaskan di Indonesia:

1. Teori Gujarat

Teori-Gujarat

Ini adalah teori yang paling populer dan menyebutkan bahwa Islam dibawa oleh para pedagang dari Gujarat, India.

Di samping melakukan perdagangan, mereka dipercaya melakukan penyebaran agama Islam, khususnya di kawasan selat Malaka. Berdasarkan teori ini, Islam masuk ke Nusantara sejak abad ke-13 masehi.

Teori ini pertama kali dikenalkan oleh J. Pijnapel, seorang ilmuwan Belanda dan mendapatkan dukungan dari Christian Snouck Hurgronje.

Ada beberapa bukti penemuan yang membenarkan teori ini. Penemuan ini sudah dibahas oleh Moquette, seorang ilmuwan yang ikut mengembangkan teori ini pada 1912. Adapun penemuan relevan dengan teori ini di antaranya:

Pernyataan dari Marcopolo

Sosok Marcopolo yang berasal dari Venesia, Italia, pernah menyampaikan sebuah pernyataan yang mendukung teori masuknya Islam ke Indonesia teori Gujarat. Ia menyebutkan bahwa dirinya pernah berekspedisi ke Perlak di 1292.

Di sana ia menemui banyak penduduk yang beragama Islam. Ia juga menambahkan bahwa agama Islam di sana berkembang dari para pedagang yang singgah.

Batu Nisan Sultan Malik As-Saleh

Sebuah batu nisan pernah ditemukan di Pasai, Sumatera Utara pada 1927. Batu nisan tersebut milik Sultan Malik As-Saleh. Namun nisan tersebut mempunyai kesamaan dengan nisan yang ditemukan di Cambay, Gujarat, India.

Inskripsi Tertua

Bukti penemuan berikutnya adalah adanya inskripsi tertua yang menguraikan tentang hubungan Sumatera dan Gujarat.

Kelebihan

Teori yang dipercaya secara masif oleh masyarakat ini sudah berkembang sejak lama. Penemuan-penemuan tadi mendukung bahwa teori ini benar menunjukkan bahwa Islam datang dari para pedagang Gujarat.

Kekurangan

Walau ini termasuk teori paling tua, teori ini masih mempunyai banyak kelemahan dibandingkan teori-teori lainnya. Bahkan teori Gujarat mendapatkan kritik dan sangkalan dari berbagai ilmuwan yang mempelajari persebaran agama Islam di Indonesia.

Salah satunya mengenai kemiripan nisan di Sumatera Utara dan Gujarat, pernah disangkal S.Q Fatimi dalam penelitiannya Islam Comes to Malaysia (2009). Pasalnya bentuk nisannya ternyata tidak sama sekali. Bahkan dari bentuknya saja nisan Malik al-Saleh lebih menyerupai batu nisan di Bengal.

Selain penyangkalan mengenai kemiripan nisan, hal yang dipertanyakan berikutnya dari teori ini adalah mazhab yang dianut. Pedagang di Gujarat lebih banyak menganut mazhab Hanafi, sebaliknya masyarakat Pasai menganut mazhab Syafi’i.

Namun ada yang menyangkal lagi bahwa kala Islam datang ke Pasai, mayoritas Gujarat masih beragama Hindu.

2. Teori Arab

Teori-Arab

Teori masuknya Islam ke Indonesia Arab ini juga dipercaya sebagai teori yang benar. Ada yang mengenalnya dengan sebutan teori Mekah. Namun pada dasarnya, teori ini menyebutkan bahwa Islam datang ke Indonesia dari pedagang Arab yang menetap di Pasai.

Pencetus teori ini membantah teori Gujarat yang dianggap kurang memiliki bukti yang kuat. Teori ini diharapkan dapat menutupi kekurangan dari teori Gujarat. Menurut teori Arab, penyebaran Islam di Indonesia terjadi pada abad ke-7 masehi.

Tokoh Pencetus dan Buktinya

Tokoh yang mengenalkan teori ini adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Kamu mungkin lebih mengenalnya sebagai Buya Hamka. Teori ini mendapatkan dukungan dari H. Johns, Van Leur, Crawfurd, T.W. Arnold dan berbagai pihak lainnya.

Teori ini melihat perkembangan Islam dari kacamata yang berbeda. Menurut Buya Hamka, pedagang Arab menyebarkan agama Islam bukan karena alasan ekonomi. Namun murni ingin mengenalkan islam ke masyarakat Indonesia.

Mereka melakukan pernikahan dengan warga lokal sehingga tercipta agama yang turun-temurun. Selain itu, metode dakwah selanjutnya adalah dengan membentuk komunitas Islam. Adapun beberapa bukti pendukung teori ini, yaitu:

Jalur Perdagangan Arab-Indonesia

Pedagang atau delegasi Arab datang ke Indonesia melalui jalur perdagangan laut. Jalur ini telah ada sebelum Tarikh masehi.

Perkampungan Islam di Sumatera Bagian Barat

Kemudian pedagang atau delegasi Arab tersebut memasuki Sumatera bagian barat dan mendirikan sebuah perkampungan pada Dinasti Umayah. Perkampungan ini menjadi perkampungan yang membuktikan teori perkembangan Islam dari Arab.

Kesamaan Gelar Raja

Raja di Samudra Pasai mempunyai gelar yang sama dengan raja di Arab. Sebutannya adalah Al-Malik. Pada masa itu, gelar ini hanya digunakan pada raja-raja yang ada di Mesir. Dengan begitu, ini menjadi bukti yang kuat bahwa perkembangan Islam mendapatkan pengaruh besar dari pendatang Arab.

Kelebihan

Penemuan yang benar mengenai teori ini adalah kesamaan mazhab yang dianut oleh masyarakat Arab dan Sumatera bagian barat, yaitu mazhab Syafi’i.

Sehingga membatalkan klaim teori Gujarat yang menyatakan bahwa Islam berkembang dan dibawa oleh pedagang India. Bahkan teori ini disebut sebagai teori masuknya Islam ke Indonesia yang paling benar dan kuat.

Kekurangan

Sayangnya teori ini masih kekurangan fakta yang menjelaskan bagaimana peran delegasi atau pedagang Arab tersebut dalam penyebaran dan perkembangan agama Islam di Indonesia.

3. Teori Persia

Teori berikutnya menganggap bahwa perkembangan Islam terjadi sebagai dampak dari perdagangan yang dilakukan pedagang Persia. Hal ini karena Indonesia merupakan kepulauan yang potensial sebagai tujuan berdagang.

Sumber-sumber terkait teori ini mengemukakan bahwa perkembangan Islam dimulai antara 7-13 masehi.

Tokoh Pencetus dan Buktinya

Adapun pencetus dari teori masuknya Islam ke Indonesia abad ke 7 ini adalah Prof. Umar Amir Husen dan Prof. Hoesein Djajadiningrat. Keduanya berpendapat bahwa Islam mendarat pertama kali di Pulau Sumatera.

Terdapat beberapa bukti pendukung yang ditemukan dalam manuskrip maupun budaya masyarakat. Temuan inilah yang membantu menguatkan teori Persia. Adapun beberapa bukti yang dimaksud adalah:

Perayaan dan Tradisi

Masyarakat Islam Persia mempunyai sejumlah perayaan budaya yang tidak jauh berbeda dengan perayaan Indonesia. Contohnya adalah upacara Tabuik di Bengkulu yang biasanya di Persia menjadi hari untuk mengenang Husain bin Ali, yaitu cucu Nabi Muhammad SAW.

Ada lagi tradisi lain yang mirip, yaitu tradisi Maulid Lompoa di Cikoang yang serupa dengan Hari Asyura di Persia.

Kesamaan Ajaran Sufi

Syekh Siti Jenar adalah ulama sufi Indonesia yang menganut sufi sama seperti yang dianut oleh para pedagang Persia, yaitu sufi Iran dengan aliran Al-Hajjaj.

Bentuk Batu Nisan

Teori masuknya Islam ke Indonesia dan pendukungnya ini menyinggung tentang batu nisan milik Malik al Shahih yang mirip dengan batu nisan Maulana Malik Ibrahim.

Kosa Kata yang Mirip

Selain itu, pencetus teori ini juga menunjukkan bahwa ada kemiripan dari segi kosa kata antara Bahasa Persia dan Bahasa Melayu. Bukti ini menguatkan bahwa masyarakat Sumatera dulu pernah menyerap beberapa kosa kata dari pedagang Persia.

Kelebihan

Teori ini cenderung menguatkan keterangan bahwa Indonesia mempunyai hubungan yang dekat dengan Persia melalui ikatan perdagangan sampai penyerapan budaya. Teori ini menunjukkan bahwa ada sejarah panjang antara kedua negara ini yang mendorong pada penyebaran agama Islam.

Kekurangan

Meski begitu, teori Persia masih sangat kurang dari segi bukti dan data faktual. Butuh lebih banyak penelitian dan bukti mendukung supaya teori ini dapat dipercaya. Terlebih, pada saat Islam masuk ke Indonesia, Persia atau Iran bukanlah negara pusat penyebaran agama Islam.

Di samping itu, pedagang dari Persia jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pedagang dari Arab, Gujarat maupun Cina. Sehingga teori ini perlu dikembangkan lebih dalam lagi.

4. Teori Cina

Teori masuknya Islam ke Indonesia menurut teori Cina dimulai pada Dinasti Teng (618-905 M) dan konon bermula dari Kanton, daerah yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Daerah ini berada di bagian Cina selatan.

Pendapat lain juga mengatakan bahwa dulu Islam dibawa oleh seorang panglima Muslim bernama Saad bin Waqash yang berdakwa pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan.

Tokoh Pencetus dan Buktinya

Teori ini dikembangkan oleh Sumanto Al-Qurtuby. Ia menjelaskan bahwa penyebaran agama Islam yang dilakukan Cina dilakukan melalui perkawinan terhadap warga lokal. Hal ini dilakukan oleh pendatang Cina saat menetap lama di Indonesia.

Dalam mendukung teori yang dicetuskannya, Sumanto telah mengumpulkan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Islam dibawa oleh para pendatang Cina. Beberapa buktinya adalah sebagai berikut:

Komunitas Muslim Cina

Dalam Islam in China (2004), Jean A. Berlie menjelaskan bahwa di Palembang terdapat suatu komunitas Muslim ina pada 879 M. Komunitas yang berisi orang asli namun beragama Islam ini konon merupakan warga Cina yang bermigrasi dari Kanton ke Asia Tenggara.

Raja Islam Keturunan Tiongkok

Di Jawa, ada sebuah kerajaan Islam yang dipimpin oleh seorang raja keturunan Tiongkok. Ia adalah Raden Fatah yang memimpin Kerajaan Demak. Ia merupakan raja pertama.

Meski begitu, raja-raja berikutnya kebanyakan mempunyai gelar yang menggunakan istilah Cina. Ini menjadi bukti teori masuknya Islam ke Indonesia Cina yang cukup valid.

Kemiripan Penduduk

Ada sebuah golongan dari Tiongkok yang mendiami bagian pesisir Jawa Timur. Mereka adalah orang-orang Tang yang berasal dari Kuangtung, Quanzhou dan berbagai daerah di Tiongkok lainnya. Yang membuatnya menjadi bukti teori ini adalah karena penduduk ini kebanyakan memeluk agama Islam.

Kelebihan

Teori ini mempunyai sejumlah bukti yang mendukung mengenai penyebaran agama Islam oleh pendatang Cina, serta daerah-daerah mana saja yang menjadi tujuan penyiaran agama. Beberapa peneliti juga sudah membukukan penelitiannya dalam buku-buku Islam.

Kekurangan

Teori ini masih perlu menjelaskan apa peran Cina dalam mengawali perkembangan agama Islam di Indonesia. Dengan kata lain, teori ini masih kurang bukti.

Ketika ada yang berbicara apa saja 4 teori masuknya Islam ke Indonesia, kini kamu dapat mengetahui bukti-bukti dan kekurangan dari masing-masing teori. Meski tidak ada teori yang sempurna, teori Arab disebut sebagai teori yang paling dapat dipertimbangkan.

Baca Juga: