Interaksi Sosial Asosiatif: Pengertian, Bentuk, Tujuan dan Contoh

Interaksi sosial adalah proses di mana individu-individu atau kelompok-kelompok berinteraksi, berkomunikasi, dan saling memengaruhi dalam konteks masyarakat atau lingkungan sosial. Interaksi sosial terbagi menjadi dua yaitu interaksi sosial asosiatif dan disasosiatif.

Hal ini melibatkan berbagai bentuk komunikasi, perilaku, dan pertukaran informasi antara individu atau kelompok, yang dapat berdampak pada dinamika sosial, budaya, norma, nilai, dan struktur sosial. Sehingga dapat terjadi dalam berbagai bentuk.

Termasuk komunikasi verbal dan non-verbal, kolaborasi dalam pekerjaan atau proyek, pembentukan hubungan sosial, kompetisi, konflik, dan banyak lagi. Interaksi sosial adalah komponen penting dalam membentuk identitas sosial dan membangun jaringan antar individu serta kelompok dalam masyarakat.

Pengertian Interaksi Sosial Asosiatif

Pengertian Interaksi Sosial Asosiatif

Interaksi sosial yang bersifat asosiatif adalah bentuk interaksi di antara individu atau kelompok yang ditandai oleh keterlibatan sukarela dan hubungan positif. Di mana individu-individu atau kelompok-kelompok saling berinteraksi untuk menciptakan hubungan yang bermanfaat.

Baik itu dalam bentuk persahabatan, kerja sama, atau kegiatan bersama. Jenis interaksi ini memungkinkan individu untuk membangun jaringan sosial yang kuat, mengembangkan keterampilan interpersonal, dan memperluas wawasan budaya.

Contoh interaksi sosial yang bersifat asosiatif adalah pertemuan teman-teman, klub atau organisasi sukarela, kelompok belajar, dan aktivitas sosial lainnya di mana individu berpartisipasi dengan sukarela untuk berbagi minat, hobi, atau tujuan bersama.

Interaksi sosial asosiatif memiliki peran penting dalam membangun identitas sosial, memperkuat nilai-nilai positif, dan mendukung perkembangan sosial individu. Melalui interaksi semacam ini, individu dapat merasakan rasa keterhubungan dengan orang lain dan merasa diakui dalam lingkungan sosial mereka.

2 Jenis Interaksi Asosiatif

2 Jenis Interaksi Asosiatif

Interaksi sosial asosiatif dapat dibagi menjadi dua jenis yang dijelaskan dalam pembahasan berikut:

1. Paternalisme

Penguasaan yang dilakukan oleh sekelompok pendatang terhadap kelompok setempat. Hal ini bisa diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pertahanan keamanan, perdagangan, pendidikan, kesehatan, politik dan bidang lainnya,

Namun umumnya bisa dianggap sebagai hal positif karena bisa menghindari konflik antara kedua kelompok tersebut dengan menjadikan kelompok pendatang sebagai pemimpin. Contohnya seperti penjajahan bangsa lain terhadap Indonesia.

Contoh lainnya adalah pemimpin dalam keluarga di mana sosok Ayah yang menjadi kepala keluarga. Kemudian dalam organisasi masyarakat di mana bendahara umumnya ditunjuk dari jenis kelamin perempuan karena alasan lebih teliti.

Atau kecenderungan dalam masyarakat untuk memilih pemimpin pria dalam organisasi umum. Sehingga pemimpin wanita dianggap langka walaupun memiliki kemampuan yang setara. Contoh negatifnya seperti KDRT di mana korban kekerasan umumnya perempuan.

2. Adaptasi

Merupakan proses penyesuaian diri yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berbeda, bahkan mungkin yang sebelumnya pernah berkonflik atau bermasalah. Dengan melakukan adaptasi, diharapkan pihak-pihak tersebut bisa saling memahami untuk menghindari permasalahan lainnya.

Adaptasi ini paling umum terjadi saat seseorang pindah lingkungan tempat tinggal, atau pindah ke tempat kerja atau sekolah yang baru. Sebagai pendatang biasanya harus bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru agar tidak terjadi konflik dengan lingkungan setempat.

Ciri Interaksi Asosiatif

Interaksi sosial asosiatif mempunyai ciri khas yang dapat dilihat sehingga bisa dibedakan dengan interaksi sosial jenis lainnya. Seperti penjelasan berikut ini:

Manfaat Interaksi Sosial

Interaksi sosial asosiatif memiliki banyak manfaat yang berdampak positif bagi individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa manfaat penting dari interaksi sosial yang bersifat asosiatif:

1. Pengembangan Hubungan Sosial

Interaksi asosiatif memungkinkan individu untuk membentuk dan memelihara hubungan sosial yang sehat dan bermakna. Persahabatan, kemitraan, dan ikatan sosial lainnya dapat tumbuh sehingga individu dapat merasa termasuk dalam kelompok sosial tertentu dan membangun identitas sosial yang kuat.

2. Dukungan Emosional dan Mental

Melalui interaksi asosiatif, individu dapat memberikan dan menerima dukungan emosional dari orang lain. Ini dapat membantu mengatasi stres, kesulitan, dan tantangan dalam hidup. Selain itu juga meningkatkan kesejahteraan mental, mengurangi perasaan kesepian, dan memberikan rasa koneksi dan kepuasan.

3. Pertumbuhan Pribadi

Interaksi dengan individu yang memiliki minat dan tujuan serupa dapat mendorong individu untuk mengembangkan diri dan mencapai tujuan pribadi atau profesional. Melalui kolaborasi, belajar bersama, dan berbagi pengalaman, individu dapat mengembangkan keterampilan sosial dan kepemimpinan.

4. Pemberdayaan Masyarakat

Interaksi asosiatif berkontribusi pada pertumbuhan dan keberlanjutan komunitas. Masyarakat yang aktif secara sosial cenderung lebih kuat. Kegiatan komunitas atau aksi amal dapat membantu memperkuat masyarakat dan memberdayakan anggotanya untuk berkontribusi positif.

5. Meningkatkan Kualitas Hidup

Interaksi sosial secara asosiatif dapat meningkatkan kualitas hidup dengan menciptakan rasa koneksi, makna, dan kebahagiaan dalam hidup individu.

Bentuk dan Contoh Interaksi Sosial

Seorang ahli sosiologi dari Amerika Serikat bernama Charles Horton Cooley mengatakan bahwa interaksi sosial secara asosiatif merupakan kerja sama antar individu atau kelompok yang dilakukan secara sadar. Sehingga biasanya bersifat positif dan dapat membantu terjadinya pemecahan masalah.

Berikut ini adalah berbagai bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif yang kerap ditemukan dalam masyarakat, yaitu:

1. Kerja Sama

Merupakan usaha yang dilakukan bersama oleh individu atau kelompok agar dapat mencapai tujuan bersama. Contoh interaksi sosial kerja sama adalah:

2. Akomodasi

Interaksi sosial asosiatif jenis ini adalah proses penyesuaian diri individu atau kelompok orang yang anggotanya berkonflik. Tujuannya adalah untuk membuat keseimbangan agar bisa menyelesaikan konflik tersebut. Contoh interaksi sosial akomodasi adalah:

3. Asimilasi

Merupakan proses penggabungan beberapa kelompok menjadi satu. Sehingga semua pihak harus saling beradaptasi. Hal ini tidak mudah karena tentunya setiap kelompok memiliki caranya sendiri. Namun ada beberapa hal yang bisa membantu agar proses penggabungan ini berjalan lancar, yaitu:

Beberapa contoh interaksi asimilasi yang umum ditemukan dalam masyarakat adalah:

4. Akulturasi

Merupakan interaksi sosial asosiatif yang terjadi saat adanya sekelompok orang dengan budaya berbeda masuk ke budaya lain yang berbeda. Sehingga kedua budaya tersebut secara bertahap bisa diterima dan tidak menyebabkan kerugian. Contoh interaksi sosial akulturasi adalah:

Contoh akulturasi dalam budaya Indonesia sebenarnya cukup banyak karena pernah dijajah oleh beberapa negara. Sehingga ada beberapa bagian budaya yang teradaptasi dalam keseharian masyarakat Indonesia yang terus digunakan hingga sekarang.

Contoh lainnya adalah masuknya budaya asing lainnya melalui media sosial dan internet. Misalnya cara berpakaian ala anak muda Jepang atau Korea, gaya rambut dan berdandan ala Korea, dan sejenisnya. Semuanya berlaku umum di anak muda Indonesia.

Sehingga proses akulturasi ini bisa disebut sebagai pencampuran kebudayaan sehingga memunculkan budaya baru. Meski demikian, hal ini bisa menambah keberagaman budaya di Indonesia.

Perbedaan Interaksi Sosial Asosiatif dengan Disasosiatif

Sesuai penjelasan di atas dapat diperhatikan bahwa interaksi asosiatif adalah bentuk atau proses sosial yang positif. Di mana pihak-pihak yang terlibat bisa bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Baik melalui kerja sama, akomodasi, asimilasi, atau akulturasi.

Sedangkan interaksi sosial disasosiatif merupakan situasi yang sebaliknya. Di mana pihak-pihak yang terlibat malah dalam posisi bertentangan. Sehingga akan menciptakan konflik atau perpecahan. Baik antara individu maupun antar kelompok.

Contoh disasosiatif adalah perkelahian antara teman atau kelompok teman, perselisihan antar kelompok sosial yang berbeda. Bisa juga dalam bentuk persaingan atau kompetisi namun tidak secara positif, sehingga berpotensi menjadi konflik.

Penutup

Interaksi sosial asosiatif memang memiliki tujuan yang positif. Karena itu dilaksanakan atau penerapannya juga dilakukan secara positif, damai dan mufakat. Untuk masyarakat yang berbudaya Timur seperti Indonesia, interaksi sosial seperti ini memang lebih sesuai dengan budaya bangsa.

Baca Juga: